MENAFAKURI RAYAP
Alangkah
indahnya jikalau kita mampu mengambil aneka hikmah dari makhluk apapun yang
Allah SWT ciptakan di muka bumi ini. Rayap, misalnya, adalah salah satu makhluk
yang selama ini kita anggap lemah, hina, dan menjijikan. Akan tetapi, sekiranya
kita lebih bijak, maka kita pun akan dapat meluangkan waktu dan kepedulian kita
untuk berpikir tentang peranan dan manfaatnya bagi kita semua, yang mungkin
selama ini sangat terabaikan dari perhatian kita.
Peran rayap
tercatat dalam Alquran terekam saat meninggalnya Nabi Sulaeman a.s. Waktu itu,
dengan karunia-Nya beliau meninggal tatkala berdiri memegang tongkatnya. Luar
biasanya lagi, tidak ada satu makhlukpun yang mengetahui bahwa Nabi Sulaeman
telah meninggal. Hingga suatu peristiwa menunjukkan kematiannya, yaitu ketika
beliu jatuh tersungkur akibat tongkat yang menopangnya hancur dimakan rayap
(QS. 34:14). Sebagai organime pemakan kayu (selulosa), itulah memang sebagian
dari misi keberadaan rayap; makan kayu.
Bagaimana
rayap mampu melumat kayu? Kayu merupakan produk dari tumbuhan. Tersusun dari
unit-unit anhidroglukopiranosa yang bersambungan membentuk rantai molekul.
Unit-unit itu terikat dengan ikatan glikosidik. Sebagai polimer, kayu melimpah
keberadaanya di dunia, terdapat hampir 26,5 x 1010 ton. Manusia memanfaatkannya
dalam berbagai bentuk penggunaan (kertas, kain, bahan bakar, dll) tetapi tak
mampu menggunakannya sebagai sumber nutrisi (makanan). Sebaliknya rayap mampu
mencerna selulosa sebagai sumber nutrisinya.
Manusia
sendiri tidak mampu mencernakan selulosa--bagian berkayu dari sayuran yang kita
makan, akan dikeluarkan lagi--, sedangkan rayap mampu melumatkan dan
menyerapnya sehingga sebagian besar ekskremen hanya tinggal lignin-nya saja.
Keadaan menjadi jelas setelah ditemukan berbagai protozoa flagellata dalam usus
bagian belakang dari berbagai jenis rayap (terutama rayap tingkat rendah:
Mastotermitidae, Kalotermitidae dan Rhinotermitidae), yang ternyata berperan
sebagi simbion untuk melumatkan selulosa sehingga rayap mampu mencernakan dan
menyerap selulosa. Bagi yang tidak memiliki protozoa seperti famili Termitidae,
bukan protozoa yang berperan tetapi bakteria--dan bahkan pada beberapa jenis
rayap seperti Macrotermes, Odontotermes dan Microtermes memerlukan bantuan
jamur perombak kayu yang dipelihara di "kebun jamur" dalam sarangnya.
Makanan
utamanya adalah kayu atau bahan yang terutama terdiri atas selulosa. Dari
perilaku makan yang demikian, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa rayap termasuk
golongan makhluk hidup perombak bahan mati yang sebenarnya sangat bermanfaat
bagi kelangsungan kehidupan dalam ekosistem kita. Mereka merupakan konsumen
primer dalam rantai makanan yang berperan dalam kelangsungan siklus beberapa
unsur penting seperti karbon dan nitrogen.
Dari 2500
jenis rayap di dunia, 200 jenis di antaranya terdapat di Indonesia.
Sembilan koma lima
persen yang ada di Indonesia
tadi justru sangat bersahabat dengan manusia. Sedangkan lima persen rayap lainnya menjadi pengganggu
kehidupan manusia, yaitu jenis Cryptotermes curvidnathas, Schedorhinotermes
Javanica, Macrotermes gilvus, Cryptotermes cynocepha, dan Microtermes
inspiparis. Sikap bersahabat ini karena keberadaan rayap di suatu tempat dapat
menjadi indikator kesuburan lahan di lokasi tersebut. Tiada lain karena rayap
memang mampu menyuburkan lahan yang diringgalinya. Seekor rayap dapat
diumpamakan sebuah bioreaktor yang mampu melumatkan sampah, kayu, kertas dan
bahan lainnya, yang terdapat di dalam dan permukaan tanah.
Uniknya,
rayap sebenarnya termasuk binatang purba karena sudah ada sejak 200 juta tahun
silam, diduga lebih tua dari manusia. Dari waktu ke waktu jumlah rayap terus
meningkat mengingat peningkatan jumlah rumah karena meningkatnya jumlah penduduk.
Ditambah, hutan sebagai habitat asli rayap, juga mulai berkurang karena dibuka
untuk lahan pertanian dan perumahan. Karena tidak ada ranting sebagai bahan
makanan rayap, maka kusen pintu, jendela, sampai perabot rumahlah yang jadi
sasaran.
Dari 4000 jenis kayu yang ada di Indonesia,
hanya sekitar 10 persen saja yang tahan terhadap serangan rayap, diantaranya
kayu ulin, merbau, sengon laut, dan kayu laut. Kayu-kayu tersebut memiliki zat
ekstraktif yang bersifat racun bagi jamur dan rayap. Sebetulnya semua jenis
kayu memiliki zat tersebut, namun zat itu bisa habis tercuci oleh bahan pelarut
umum, seperti air hujan, metanol, air panas, air dingin, alkohol dan
sebagainya.
Terdapat
keistimewaan yang luar biasa dari binatang ini, dari keanekaragaman jenisnya
sampai nilai manfaatnya bagi hidup dan kehidupan. Kemampuan dan nilai manfaat
rayap ini, mustahil dijelaskan dengan serangkaian peristiwa kebetulan
sebagaimana anggapan teori evolusi. Peristiwa kebetulan tidak mampu memunculkan
sejumlah mekanisme sempurna ini secara bersamaan. Manusia, dengan akal dan
ilmunya, tidak akan percaya bahwa peristiwa kebetulan memunculkan desain ini.
Rayap telah Allah ciptakan sebagai bagian dari rancangan seluruh alam ini uamh
didesain dengan Maha Sempurna.
Kelebihan
nilai manfaat binatang yang satu ini adalah perwujudan ilmu yang Mahaluas dari
Sang Pencipta. Allah, Penguasa Seluruh Alam, adalah Pencipta segala sesuatu.
Dan seluruh makhluk hidup memperlihatkan tanda-tanda penciptaan sempurna oleh
Allah. "Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata
yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk
kaum yang meyakini". (QS. Al-Jaatsiyah [45]: 4) ***
(Sumber : Jurnal MQ Vol. 1/No.10/Februari 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar